Kamis, 03 November 2011

Cerita Papa, Mama, Kakak dan Aku

Saat gue lagi googling, gue ga sengaja baca artikel tentang Keluarga, tepatnya tentang Papa dan gue tertarik untuk bikin cerita tentang keluarga gue. Mungkin di cerita ini akan gue tekankan cerita tentang gue dan Papa.


Rembulan bersinar terang bagaikan lampu yang menyinari kota di malam hari. Langit terlihat sedikit berawan. Beberapa burung masih berterbangan di langit, entah pulang ke sarangnya ataupun pergi mencari makan, begitu pula yang dilakukan orang-orang. Beberapa dari mereka ada yang sudah tertidur pulas dalam kamarnya, ada pula yang masih berada di jalan-jalan sekitar. 

Malam itu mama merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya. Sakit sekali. Mama membutuhkan papa disampingnya, namun apa daya, papa tidak bisa menemaninya malam itu. Hanya ada sosok gadis kecil berusia 6 tahun disamping mama yang menemani mama. Gadis kecil itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menggenggam tangan mama yang semakin mengerang kesakitan. Sesaat dia teringat dengan kakak sepupunya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

Pukul 00.00 mama dilarikan ke rumah sakit terdekat karena janin dalam rahimnya seperti memaksa keluar. Tidak ada dokter jaga ataupun bidan di rumah sakit. Akhirnya mama hanya diberikan obat bius oleh perawat untuk menghilangkan rasa sakit itu. Obat bius hanya bertahan beberapa jam saja sehingga mama memerlukan beberapa suntikan obat bius untuk menunggu bidan datang.

Pukul 04.00 bidan datang dan berkata bahwa mama masih belum bisa melahirkan karena mama baru memasuki pembukaan ke dua. Mama manunggu dengan sabar sambil merintih menahan kesakitan yang luar biasa pada perutnya. Dengan menahan kesakitan, mama maminta kepada keponakannya untuk menelfon suaminya yang sedang bekerja.

***

Menara Eiffel menjulang tinggi. Beberapa orang berlalu lalang disekitarnya yang membuat suasana malam hari di kota itu menjadi ramai. Lampu-lampu kota menyala terang menambah keindahan pemandangan sekitar. 

Seorang pria yang tinggal di apartemen tidak jauh dari menara Eiffel itu merasakan ramai disekitar tempat tinggalnya. Beberapa minggu yang lalu, ia larut dalam keramaian di sekitar menara Eiffel yang akhirnya menjadi keharusan sepulang kerja. Namun hari ini ia merasa lelah dan memutuskan untuk segera pulang ke apartemen dan beristirahat.
Ia merasakan kenyamanan saat tubuhnya direbahkan ke tempat tidur. Ia mencoba menutup matanya namun tidak bisa. Ia melihat sekitar ruangan yang sudah gelap dan hanya disinari oleh lampu dari menara Eiffel.

Tiba-tiba HP yang berada di sampingnya berdering memecahkan suasana sepi dalam ruangan itu. Dilihatnya layar hp yang berkedip-kedip dan dengan cepat ia mengangkatnya.

“Hallo…”

***

Pukul 05.15 mama dipindahkan ke ruangan bersalin dan siap untuk melahirkan janin yang sejak semalam sudah memberontak meminta keluar.

15 menit kemudian lahirlah aku dan saudara kembarku. Kami berdua berbeda, aku perempuan dan ia laki-laki. Aku lahir 5 menit lebih dulu dibandingkan saudara kembarku. Mama meneteskan air mata bahagia saat mama melihat kami dan sekarang ia mempunyai 3 anak.

Perawat dan bidan membersihkan darah yang berlumuran di tubuh kami dan membiarkan mama untuk beristirahat sejenak. Tidak memakan waktu lama untuk membersihkan badan kami dan menyelimuti kami dengan kain bedong. Suster memberikan aku kepada mama untuk disusui. Mama tersentak saat mengetahui bahwa saudara kembarku mempunyai jantung yang lemah sehingga ia harus berada di incubator untuk mendapat perawatan yang intensif. Jika mama dapat menukarkan jantungnya, mungkin mama sudah meminta kepada dokter untuk menukarnya. Namun apa daya, mama harus membiarkan anaknya diberi perawatan intensif.

***

Sesaat mendapatkan terfon, pria itu menelfon temannya yang bekerja diperusahaan pesawat untuk memesan tiket ke Jakarta secepatnya. Dengan sedikit kecewa, ia menerima keberangkatannya ke Jakarta 5 hari lagi.


Keep Loving,
Sheren Yuanggra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar